Friday, 22-09-2023
  • Situs resmi Bumi Damai Al Muhibbin Pondok Pesantren Bahrul 'Ulum Tambakberas Jombang || Informasi Pendaftaran ~~ DIBUKA PADA 01 Februari 2023

Ngaji Alumni 2010

Diterbitkan : - Kategori : Abah / Berita / Pendidikan

Oleh: Muhammad Zuliyanto

Pondok di bawah pengasuhan Kiai Djamal Alhamdulillah selalu diberikan oleh Allah kekuatan dan istiqomah dapat melaksankan peringatan Isra Mi’raj Rasulillah Muhammad SAW dan Mengadakan Acara Nikah Massal walaupun sifatnya hanya naik kuade dan mendoakan. Serta dapat melaksanakan pesan dan wasiat Kiai Abdul Djalil Mustaqim untuk memperhatikan al-Fuqara wal Masakin. Beliau selalu berpesan, “Membuat acara apapun, jangan lupa dengan Fuqara dan Masakin”.

Oleh karena itu, kita harus selalu berusaha untuk mengadakan santunan. Karena ternyata ada hikmah terpendam yang tidak kita ketahui dengan mata kepala. Yaitu karena al-Rohmah atau kasih sayang kepada Fuqara dan masakin merupakan kunci keberhasilan.

Hikmah tersebut tidak bisa dilihat dengan mata kepala. Karena hal itu tersimpan dan merupakan asror. Mungkin dari apa yang disabdakan Rasululillah dari hadist qudsi yang juga sering disampaikan oleh Habib Umar Muthahar Semarang dan juga saya baca dari 17 Habaib yang berpengaruh di Indonesia. Serta dari manaqib al-Habsy. Bahwa Allah memang berfirman dalam hadist qudsy:

ان المال مالي والفقراء عيالي والأغنياء وكلائي فمن منع عيالي عذبته أليم العذاب

Artinya, “Sesungguhnya semua harta adalah hartaku, orang-orang fakir miskin adalah keluargaku, dan para orang kaya adalah wakilku. Barangsiapa menolak keluargaku maka Aku siksa dengan siksa yang pedih.

Dari hadist qudsy ini dapat kita ambil hikmah bahwa rohmah atau kasih sayang kepada fuqara dan masakin tersimpan hikmah yang besar dan hanya bisa dirasakan dengan kenyataan serta tidak bisa dilihat dengan mata kepala.

Oleh karena di Al-Muhibin ini yang diperingati adalah peringatan yang berhubungan demgan Rasulullah SAW. Yaitu hari yang sangat istimewa bagi Rasul yaitu Isra Mi’raj karena pada saat itu Rasulullah bertemu kangsung dengan Allah.

Sementara hari yang mulia bagi kita adalah Maulid Nabi. Karena Mualid hakikatnya adalah menampakan dan melahirkan rasa gembira dan senang kepada Nabi Muhammad. Karena Nabi merupakan fadhal dan Rahmad dari Allah :

وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين

Kita diperintah supaya brgembira denhab fadhol dan Rahmad-Nya. Seperti dalam ayat:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

Dan cinta kepada Nabi Muhammad juga memiliki hikmah yang sangat banyak. Dan kita bisa mempelajarinya melalui kitab yang dikarang oleh Sayid Maliki al-Maki al-Hasani. Coba dicari dan dibeli. Karena buku dan kitab sangatlah berharga.

Ada kitab yang juga menerangkan tentang Maulud Nabi, yang dikarang Syekh Ibnu Hajar al-Haitami yang berjudul al-Ni’matu Qubra lil al-Alam fi Maulidi Sayidi Waladi Adam”.

Saya juga menulis amalan dan tradisi-tradisi di kalangan NU. Apa itu Ahli Sunah wal Jamaah. Tema sepurar Maulidin Nabi. Haul. Tahlilan. Tawasul. Manaqib. Talqin dll.

Amaliyah-amaliyah itu semua, bagi kita sudah amalan yang biasa. Karena sudah terbiasa maka dianggap biasa. Dan dianggap tidak perlu dimengerti ilmunya. Kebiasaan yang merupakan tradisi-tradisi sudah sangat melekat pada diri kita dan sulit dihapus. Jika tidak diilmukan. Maka tidak tahu hujahnya. Dalil-dalilnya. Sehingga ketika berhadapan dengan aliran lain. Baru pusing.

Oleh karena itu di Sambong diadakan acara Mailid Nabi 6 tahun. Sementara kalau di al Muhibin diadakan Isra mi’raj. Dan sudah berjalan 16 tahun.
Ketika mengadakan maulid saya juga ungat wasiat Syemh Abdul Djalil Mustaqim : “Kalau membuat acara apapun, jangan lupa dengan Fuqara dan Masakin”.

Juga pesan nabi kepada Sayidah Aisyah ketika Nabi akan wafat Nabi berkata, “Aisyah, jika kamu ingin bertemu denganku, sayangilah fakir-miskin”.

Menyayangi fakir miskin ini, adalah bagian dari melaksanakan pesan guru yaitu Kiai Abdul Djalil dan juga menjalankan perintah Rasulillah. Apa yang telah dilakukan ini, yaitu berusaha menyayangi fakir miskin dengan mengadakan santunan agar bisa ditiru dan diamalkan oleh para alumni dalam rangka berdakwah. Karena jalan dakwah adalah:

ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن

Banyak yang mengomentari makna hikmah dalam ayat tersebut dengan bijaksana. Lalu bijaksana sendiri prakteknya seperti apa?. Bijaksana atau Bilhikmah maksudnya adalah, ketika kita akan berdakwah di masyarakat, maka kita harus melihat dulu kebutuhan daerah itu apa?. Dan kebutuhan yang paling mendesak itu apa?.

Kalau sudah tahu kebutuhan masyarakat. Cobalah untuk memenuhi kebutuhan itu sebelum ajak-ajak kepada jalan Allah. Habib Djamal menerangkan kalau beliau pernah bertemu dengan seorang di Papua. Ditanya kebutuhan di sana apa?. Ternyata ingin jadi cantik. Akhirnya kebutuhan di sana dipenuhi. Baru semua diajak masuk Islam. Dan hasilnya satu kampung masuk Islam. Inilah dakwah yang bijaksana.

Bijaksana harus mengetahui masalah, realita, solusi dan prakteknya.

Menyayangi fakir miskin yang dipraktikan di sini adalah melalui santunan pada setiap Rojabiyah. Sementara Di sambong dilaksanakan ketika 10 Muharam. Baik fakir miskin dan anak yatim.

Kalau kita memenuhi kebutuhannya kemudian ajak-ajak itu sesuai dan pantas. Barulah dakwah mengajak untuk shalat. Mengajak shalat saja itu sudah bagus. Jangan hanya mengajak saja. Tapi tidak berbagi. Pertama berikan mereka sarung dan mukena. Kedua ajaklah untuk shalat. Dst.

Contoh kasus nyata ada satu daerah yang masyarakatnya punya kebiasaan minum dan judi. Karena yang memimpin langsung adalah lurah dan modennya. Masyarakat di sana yang disembah adalah Jati Limo yang berada di Grumbul. Satu jati besarnya di rangkul dua orang dewasa. Dan jumlahnya ada lima.

Kemudian ada teman yang berhaji bareng dengan saya pada di tahun 1981. Beliau adalah seorang ahli dakwah namanya Bapak Ngadeni atau Bapak H. Nur Hasan. Orang yang ngaji dengan beliau adalah orang yang umurnya sudah sepuh-sepuh. Sementara rumah H. Nur Hasan ini ada di kampung lain. Akan tetapi salah satu jamaahnya yang merupakan tuan tanah. Berumah di daerah yang banyak ahli minum dan ahli judi ini.

Tuan tanah ini kemudian mewakafkan tanahnya sebesar 1 hektar lebih 20 meter. Karena beliau kasihan dengan masyarakat yang ahli maksiat. Juga karena hasil ngajinya yang merasuk tentang amal yang terus mengalir adalah amal shadaqah jariyah.

Tanah itu kemudian ditawarkan kepada para kiai. Sementara disisi lain. Pak Lurah dan teman-temannya tidak setuju kalau tanah itu diwakafkan untuk dibangun masjid. Karena bisa menganggu perjuangannya dalam melestarikan minum dan judi. Kalau ada kasus gadis hilang. Ya anak dari kamoung itu. Kalau ada tawuran bacokan ya berasal dari kampung itu. Bahkan pemudanya kalau tukar cincin banyak yang sudah tidur bareng.

Sampai 4 tahun tanah itu ditawar-tawarkan. Tidak ada yang berani menerima. Akhirnya ditawarkan ke saya. Ketika akan saya dirikan masjid. Pertama yang saya lakukan adalah bil hikmahti. Tokoh-tokoh, Pak Kurah, dan yang mewakafkan tanah saya ajak berkumpul. Yang saya suruh pidato pertama adalah yang wakaf. Dan yang kedua adalah Pak Lurah.

Terakhir saya tanya, “Saudara-saudara mau saya dirikan masjid?”. Mereka manjawab, “Mau”. Saya tanya, “Beneran mau?. Tidak dimusuhi?”. Mereka menjawab, “Tidak!”. Saya kemudian menyahut, “Baiklah kalau mau, besok saya akan ke kiai saya”. Yaitu Yai Djalil. Kalau Yai mengizinkan saya laksanakan dan kalau tidak ya tidak.

Ternyata Yai Djalil mengizinkan. Dan memberi arahan agar besoknya segera dimulai pembangunan. Seolah-olah tanah itu sudah tampak oleh yai. Beliau berkata, “Yai Djamal, disana nanti bangun masjid yang besar, jangan yang kecil halamannya harus 30 Meter dari jalan raya, kamar mandi putra di sebelah kanan utara yang putri di sebelah kiri, buatkan gubuk-gubuk untuk nunggu material”.

Sampai 2 tahun labih. Alhamdulillah jadi. Di daerah itu masjid tidak ada. Madrasah tidak ada. TPQ tidak ada. Ini namanya kebutuhan. Masyarakat butuh tempat ibadah dan pendidikan. Ibadah butuh masjid. Dan pendidikan agama butuh madrasah.

Ketika sudah dibangun masjid. Yang tua-tua disana baru belajar sholat. Masjidnya mulai dipakai Jumatan. Sampai belum saya beri wiridan setelah jumat karena langsung ngaji. Setiap jumaat saya tunggui. Sampai bilalnya benar. Sampai khatibnya benar ketika naik mimbar. Kalau saya uzur nanti Saiful Hidayat yang menggantikam. Ternyata itu berhasil. Dakwah di tempat seperti itu lebih mudah dari pada dengan masyarakat yang setengah-setengah.

Di sana sekarang sudah ada madrasahnya MI. Dan gratis semua pendidikannya. Mulai uang buku, seragam, dan uang gedung semua gratis. Karena masyarakatnya mau anaknya sekolah kalau gratis. Kini masyarakatnya sudah ada yang usul untuk dibuatkan MTs.

Nah, bagaimana kalau Alumni Muhibin itu bisa menangani masalah-masalah yang seperti ini. Jika disengkuyung dan ditanggung bareng pasti tidak berat. Bahkan ketika membangun masjid tidak boleh meminta dana dari masyarakat. Ketika ada masalah seperti ini kamu lari dulu apa lari maju?. Begitulah yang dinamakan perjuangan bil hikmah.

3) Wal Mauidhotil Khasanah

Saya dipesan oleh Kiai Djalil, “Kiai Djamal, Sampean harus membuat kader sebanyak-banyaknya”. Saya menjawab, “InsyaAllah Kiai, Pangestune”.

Oleh karena itu di Muhibin dan di Sambong. Anak-anak santri di kader. Untuk mengimami jamaah dan lain-lain. Pengasuhnya hanya terkadang mengimami. Maksud dan tujuannya adalah untuk pengkaderan.

Karena dulu ketika saya nyantri di Tambakberas yang imam adalah kiai terus. Di Lasem juga sama. Kalau Pak Yai uzur, mantu dan putra-putranya yang mengimami. Santri tidak pernah jadi imam. Akhirnya ketika boyong pulang tidak memiliki pengalaman jadi imam. Walaupun sudah bisa baca kitab.

Karena saya mengalami sendiri. Ketika saya nikah bulan Sya’ban dan diwalimahkan. Ramadan di suruh mengimami tarawih. Sementara di belakang saya ada Mbah Yai Wahab, Mbah Yai Fattah dan banyak kiai. Padahal dulu di pondok tidak pernah punya pengalaman belajar jadi imam sama sekali. Jadi Imam sekali, yang makmum Mbah Yai Wahab. Baru berdiri kaki sudah gemetar. Begitu juga disuruh khutbah.

Ini semua butuh pembiasaan. Istilah jawanya karena belum kulino. Kalau dilatih menjadi lebih mudah. Karena terbiasa.

Mengkader ceramah. Dan terlatih berdakwah. Seperti Kiai Imron Djamil. Tanyakan saya kalah 3 langkah. Dulu ketika saya ceramah. Pak Imron saya ajak. Saa meminta pada panitia waktu 10 menit saja untuk santri saya belajar ceramah. Dan Pak Imron tidak pernah menolak kalau disuruh untuk naik panggung pidato. Sekarang sudah banyak yang mengatakan ceramahnya bagus.

Saya punya banyak rutinan. Dan ketika saya uzur. Saya menyuruh Pak Imron untuk menggantikan. Dan Pak Imron selalu berkata, “Nggeh!”. Tidak pernah menjawab, “Boten!”. Sampai ditawari menikah juga, “Nggeh!”.

Pernah ketika di Kepuh Kembeng. Pak Imron berangkat. Saya juga datang dan mendengarkan ceramahnya dari kejauhan. Dan ngajinya memang sudah bagus. Juga pernah dalam satu acara Mauludan saya diundang untuk ngaji. Saya uzur, Pak Imron yang menggantikan. Pak Imron berangkat. Saya juga berangkat. Tapi saya mendengarkan dari kejauhan. Ini namanya mengkader.

Ada juga Nur Hadi atau Mbah Bolong. Saya diundang ngaji. Saya datang tapi yang ngaji Mbah Bolong dan saya yang doa. Saya matur agar dimaklumi. Karena masih anak pondok. Yang kurang benar dan kurang pas saya benarkan.

Muncul juga Gus Ali putera Kiai Husain. Sekarang ngisi di mana-mana pengajian rutin. Dan sekarang ngisi di desa saya Gondang Legi Prambon Nganjuk. Dan lain sebagainya. Inilah namanya pengkaderan.

Saya diilhami dari pengalaman yang saya lihat. Ada adik kakak yang kedianya alumni pondok yang sama. Tapi aliran kakak dan adik ini tidak sama. Kemudian pada hari raya rebutan pengimanan dan bertengkar. Masyarakat bingung dan buyar. Nah, santri Muhibin supaya terlatih tidak rebutan adi imam. Tapi jadi Muadzin. Karena Nabu bersabda: ada lima orang wajib masuk surga (1) Wanita Sholihat yang taat pada suaminya. (2) Anak yang taat keuda orang tuanya. (3) Orang yang mati dalam perjalanan ke mekah, (4) Orang yang memliki hati yang baik. (5) Orang yang mau berazan.

Alumni yang jadi dai sudah saya siapi materi-materi tersebut. Baik birul walidain. Taat suami dan lain sebagainya. Yang berbentuk buku saku. Ada juga satu buku saku kecil yang berupa bibit dan bisa dikembankan sendiri. Buku itu diantaranya adalah (1) Dzikrullah, (2) Ikhlas, (3) Ikhyai Sunati Rasulillah, (4) Mahabatullah wa Rasululillah, (5) 101 Cerita Penegak Iman, dll. Semua ini saya lakukan karena dawuh Mbah Yai Djalil untuk mengkader sebanyak-banyaknya.

Para Alumni yang sudah berkiprah di masyarakat. Hati-hati dengan masjidnya karena sekarang sudah banyak masjid yang direbut oleh kelompok lain. Karena Ahli Sunah wal Jamaah dikepung oleh banyak kelompok dan mereka tega menjelekan.

Saya sekarang dipasrahi untuk ngopeni Kenjeran. Sehingga saya ngaji rutin di Kenjeran. Pengurus Takmir di kenjeran itu setiap saya ngaji di rungjut utara mereka ikut. Di malam selasa ngaji hikam juga datang ke sini. Merayu untuk mau ngaji di Kenjeran. Saya minta pertimbangan Rois Syuriah Jawa Timur, Kiai Miftahul Akhyar. Juga meminta koordinator takmir masjid se jawa timur, Kiai Muhith Murtadlo.ternyata dukungan sangat besar. Bahkan beliau berkata, “Ini Pak, tidak hanya sunah Anda datang, tapi wajib”.

Di Perumahan Mentari itu, yang Islam hanya 10 % yang 90% selain Islam. Apakah jadi alumni Muhibin Sampean tega membiarkan?. Oleh karena itu yang dekat dengan Kenjeran. Kalau malam jumat kliwon ngaji di sana. Sekarang sudah banayak Karena teman-teman yang dari luar diberi undangan. Seperti yang dari Sidotopo. Pandigiling. Kedinding dll. Akhirnya minta dua kali dalam 2 selapan. Ternyata dari takmir ada yang beda aliran. Dan membawa anggota yang sudah membawa kitab bukhari.

Sehingga menentang keterangan tentang maulid, hadiah fatihah sebagai syirik. Ziarah, doa di makam juga syirik. Tempat berkah juga syirik. Dan yang dilakukan dengan terang-terangan. Lalu yang wa jadilhum hiya akhsan siapa?. Ya para santri ini. Harus membantah. Saya ke Tulungagung. Dan minta izin. Sehingga diperintah untuk meneruskan.

Di Jombang juga ada. Yang setiap jumat ada selebaran yang selalu saya kumpulkan satu bendel. Pertama yang baik-baik seperti tingkah laku Nabi dan akhlaqnya Nabi. Tapi kemudian memasukan ajaran-ajarannya. Kemudian saya memamggil takmir apakah tahu ada selebaran yang seperti itu. Ternyata belum tahu. Dan akhirnya saya arahkan untuk dicegah.

Dulu saya ngajar di Mualimin Tauhid. Siswa-siswa sudah membaca karya Alfarabi. Kamu kok baca itu. Untuk perbandingan katanya. Jangan terburu-buru perbandingan. Membandingkan itu kalau sudah penuh gelasnya dengan Ahli sunah. Kalau masih kosong. Maka yang masuk yang itu. Dilalah saya membuka satu soal ada peranyaan, Ma Huwa Allah?. Jawabanya Allah itu jisim yang halus yang tidak seperti jisim kita. Padahal Allah tidak berjisim. Karena jisim sifatnya murokab dan tersusun. Dan butuh tempat dan arah.

Kalau kita benar-benar santri pesantren ahli baca kitab kuning maka bacalah syawahidul Haq karya Syekh Yusuf bin Ismail al-Nabhani. Karena tugas alumni pesantren adalah membentengi aqidah masyarakat. Sebab apabila aqidah masyrakat meleset maka amaliyahnya juga meleset.

Dulu Mbah Hasyim Asyari Tebuireng pernah mendapat informasi tentang Toriqah Syadiliyah Tulungagung yang dipimpin oleh Mbah Mustaqim. Bahwa Thoriqahnya adalah begini, begini, begini. Yang mengatakan orang yang tidak senang. Seperti mengambil ilmu dari Nyi Rorokidul dll.

Sampai Mbah Hasyim membuat buku yang isinya ngerot atau menyerang Toriqahnya Mbah Mustaqim . Sampai dicetak dan diedarkan dalam jumlah yang banyak.

Setelah dibuktikan sendiri ternyata tidak sama dengan informasi yang menjelekan. Setiap Mbah Hasyim akan datang ke Tulungagung. Pasti ban mobilnya meletus di perjalanan. Sampai pada kesimpulan bahwa mungkin ada yang tidak benar. Sehingga beliau mengechek.

Setelah itu beliau membuat buku lagi yang isinya mencabut rot-rotan buku yang awal. Hanya saja penyebarannya tidak merata dan terbatas. Sehingga saya mengalami di Tambakberas ini, Ketika saya bertoriqah Syadiliyah. Padahal sudah saya simpan tidak ada yang saya beri tahu.

Tokoh-tokoh Masyarakat Tambakberas memanggil saya. Pak Moden Anwar. Pak Haji Dullah yang punya tanah ini. Pak Haji Rasyid. Semua berpengaruh dan saya disidang di rumahnya Pak Khotib.

Pertama ditanyai tentang amalan saya apa. Saya menjawab amalan wiridan biasa saja dan Dalail. Beliau-beliau menyangkal. Lalu saya kasih tahu tentang Syadiliyah. Ada beberapa yang tidak suka. Dan melempit kitabnya Mbah Hasyim yang menyerang thoriqah Mbah Mustaqim.

Keluar rumah dan masuk rumah yang dikatakan, “Jangan ikut Djamal, sesat”. Sambil membetikan bukti buku itu. Mengapa begitu?. Karena buku kedua yang mencabut serangan itu dibagikan tidak merata.

Semua ini dalam rangka wa jadilhum hiya akhsan. Jadi kalau membaca buku yang menyerang. Harus membaca terlebih dahulu buku-buku Ahli Sunah yang kuat sebagai pertahanan dan penawar agar tidak teracuni.

Hari ini pondok-pondok orang suni di saudi dan di madinah banyak ditutup. Pondok Habib Zaen bin Smith di madinah ditutup. Tidak bokeh beroperasi. Juga londoknya Sayid Muhammad bin yang gerbangnya ditutup terus. Juga sering digerebek dan santrinya ditangkap untuk dimasukan pondok bawah tanah.

Ini semua sudah merambat ke Indonesia. Sehingga harus dipertahankan oleh Almuni. Semua Alumni Muhibin trruatama yang di oendidikan harus ikut menjadi benteng dan jangan sampai ikut-ikutan faham tersebut. Ibaratnya kita punya anak. Diramut sejak kecul. Kalau besar diambil orang. Bagaimana rasanya?.

Ada satu makalah yang ditulis oleh seorang wali yang mengutip hadist yang berbunyi:

قليل من التوفيق خير من كثير من العلم

Artinya, “Sedikit daripada taufik yaitu hidayah Allah, lebih baik dariapda ilmu yang banyak”.

Contohnya adalah sudah mengetahui kalau suap itu haram. Tapi masih dilakukan itulah ilmu banyak taoi tidak dapat hidayah. Inilah sedikit taufik dari Allah lebih baik daripada banyak ilmu. Sampai nabi bersabda:

من ازداد علماً ولم يزدد هدى لم يزد من الله إلا بعداً

Artinya, “Siapa yang bertambah ilmunya tapi tak bertambah petunjuk baginya, Allah tak akan tambahkan kecuali bertambah jauh dari-Nya”.

Tanda-tanda orang mencari ilmu karena Allah adalah tidak meninggalkan jamaah tanpa uzur. Tiidak meninggalkan sunah-sunah yang muakad.

1- Jangan Ikut-ikut aliran lain

2- Wajadilhum Bil Ladzi hiya ahsan, gunakan ilmiah dengan ilmiah

3- Maidlah hasanah dengan hikmah.

0 Komentar

Beri Komentar

Balasan