Sebelum mendirikan Pesantren Yatama Al-Djamal, dalam satu kesempatan (Rapat Persiapan Acara 10 Syuro) KH. Mohammad Idris bercerita bahwa Beliau memiliki rumah di Cangkirngrandu Perak yang berada di sebelah timur Pondok Al-Asror yang di asuh oleh KH. Saiful Hidayat.
Asal usul membeli rumah itu adalah karena “diutus” oleh Abah Djamal untuk membeli. Sudah prinsipnya Kiai Idris bahwa kalau yang dawuh adalah Abah-nya yaitu Abah Djamal maka Belia akan “merem”. Artinya manut dan taat untuk melaksanakannya dengan sepenuh hati.
Saat itu Abah Djamal disowani Pak Dawam, salah satu tokoh Desa Cangkringrandu dengan membawa sertifikat rumah. Surat berharga itu kemudian oleh Pak Dawam dihaturnkan kepada Abah Djamal.
Selang beberapa waktu Abah Djamal “ngutus” Kiai Idris agar rumah tersebut dibeli. Ternyata harga rumahnya adalah 1,3 Milyar. “Mau tidak dibeli kok Abah yang ngutus, dibeli kok harganya segitu”. Karena yang memberi perintah adalah Abah. Akhirnya Bismillah rumah itu dibeli.
Kyai Idris berkisah :
“Ada santri saya yang biasa ngemong anak saya. Namanya Jamily. Dia yang saya suruh untuk menempati rumah tersebut, “Mil Panggono omahku, mboh mbiyen abah seng ngutus, aku yo gak ngerti, pokok nek Abah seng ngutus Bismillah, ora tak rasional-rasionalan”.
Tiga tahun berikutnya Abah wafat. Tiba-tiba, Jamili didatangi Abah (lewat mimpi) Beliau berkata : “Mil kondo’o Idris, amalku di terimo gusti Allah mergo ngeramut bocah yatim”.
Ketika pertama didatangi Jamily tidak berani matur ke saya. Kedua kalinya Jamily didatangi Abah lagi. Beliau dawuh, “Mil kondoo Idris, amalku di terimo gusti Allah mergo ngeramut bocah yatim.”
Yang kedua juga belum berani matur ke saya karena khawatir saya anggap ceritanya bohong. Sampai yang ketiga dia didatangi Abah lagi. Saat itu Abah dawuh dengan redaksi yang berbeda, “Mil kok dorong mbok kandakno Idris?”. Barulah Jamliy memberanikan diri menceritakan ke saya.
Ketika ngaji di Sambong sebelum bulan Muharom saya menceritakan bab tentang menyanyangi anak yatim. Saat itu saya dapat ilham bahwa perintah Abah untuk membeli rumah di Cangkring dan alamat bahwa amal beliau diterima oleh Allah karena ngeramut anak yatim ada kiatanya yaitu agar saya juga harus meniru jejak Abah, yakni “ngeramut anak yatim” .
Saya kemudian sowan ke Mbah Maskun, Tulungagung untuk menanyakan takwil dari rangkaian peristiwa tersebut. Mulai dari diutus membeli rumah. Sampai Abah memberi isyarat bahwa amalnya diterima karena ngeramut anak Yatim. Mbah Maskun dawuh, “Bener Gus, sampean dikon ngopeni bocah yatim”.
Satu hari, Jamily datang ke rumah saya pamit mau membeli rumah. Karena di daerah itu ada satu rumah kecil yang dijual. Langsung saya beri pengertian bahwa tujuan dia berada di sana adalah agar apabila ada anak yatim, maka dia lah yang saya minta ngeramut.
Langsung Jamily menangis. Saya tanya, “Kenapa menangis!?”. Dia menjawab, “Nggeh kulo dipuruki Abah maleh (lewat mimpi), Beliau dawuh, “Mil kowe arep di kongkon Idris ngopeni bocah yatim nang kene”. Tapi kulo bade matur ngoten kulo khawatir di arani pengen ngenngoni griyo niki”.
Inilah yang saya katakan bahwa sejak Abah masih hidup sampai beliau sudah wafat, Beliau masih menuntun dan mendidik.
Oleh karena itu, Mohon doa restu mulai Bulan Juli 2023 (1 Muharram 1445 H) akan dibangun Pesantren Yatama Al-Jamal untuk anak Yatim. Jika ada anak Yatim ingin sekolah dan mondok nanti bisa di pondokkan di sana. Sekolahnya di Al-Anwar Cangkring”.
Penulis :
Bpk. Miftahul Ulum
Alhamdulillah allohumma nerembes milie barokahe
Beri Komentar